Oleh
Keri Lestari
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran
Pohon Boswellia (Boswellia serrata) atau yang lebih dikenal juga dengan pohon Kemenyan, tanaman yang dimanfaatkan adalah getah pohon Boswellia. Karena dalam getah tersebut terdapat zat anti inflamasi yang bermanfaat untuk menguatkan imunitas tubuh.
Resin Boswellia serrata mengandung monoterpen, diterpen, triterpen, asam triter pentetra siklik dan empat asam triterpen pentasiklik utama yaitu asam β-boswellic, asam asetil-β-boswellic, asam 11-keto-β-boswellic dan asetil-11-keto- Asam β-boswellic yang bertanggung jawab untuk menghambat enzim pro-inflamasi. Dari keempat asam boswellic ini, asam asetil-11-keto-β-boswellic adalah penghambat enzim 5-lipoxygenase yang paling kuat, enzim tersebut yang berperan pada inflamasi/peradangan.
Boswellia serrata adalah salah satu komponen ramuan kuno dan paling terkenal pada obat tradisional India, Ayurveda. Herbal ini bermanfaat untuk pengobatan radang sendi, juga diketahui secara empiris efektif untuk diare, disentri, kurap, bisul, demam (antipiretik), penyakit kulit, kelainan darah, penyakit kardiovaskular, luka mulut, sakit tenggorokan, bronkitis, asma, batuk, keputihan, rambut rontok, penyakit kuning, wasir, penyakit sifilis, menstruasi tidak teratur dan stimulasi hati. Herbal Ini juga dapat merangsang pengeluaran keringat, bersifat astringen dan diuretik. Pada Kedokteran modern, secara farmakologi boswelia menunjukkan khasiat sebagai antiartritik, antiinflamasi, antihiperlipidemia (mengontrol lipid darah), antiatherosclerotic (mencegah plak antikoroner), analgesik (pereda nyeri) dan hepatoprotektif (melindungi hati) (1–6).
Sistem pengobatan tradisional dan alami diminati secara luas. Beberapa kondisi seperti, pertumbuhan populasi masyarakat yang cepat, pasokan obat-obatan yang tidak memadai, biaya pengobatan yang sangat mahal, efek samping yang merugikan dari beberapa obat kimia dan resistensi yang terus meningkat terhadap obat-obatan infeksi saat ini menyebabkan meningkatnya minat penggunaan herbal sebagai alternatif pengobatan. Namun, kepastian pasokan bahan baku secara berkelanjutan seringkali menjadi kendala karena berbagai faktor seperti variasi lingkungan, praktik budaya lokal, distribusi geografis yang beragam, biaya tenaga kerja yang meningkat, iklim dan praktik eksploitatif oleh industri farmasi. Pendekatan terintegrasi untuk penanaman, konservasi, dan pelestarian spesies tanaman penting dilakukan dengan berbagai teknologi terbaru seperti melalui biologi molekuler tanaman, teknik kultur jaringan tanaman. Metodologi pengobatan, isolasi konstituen aktif dan pengembangan terapi baru, standarisasi dan validasi obat herbal perlu terus difokuskan.